KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr wb.
Puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada guru
kami atas bimbingannya makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
Dalam makalah
ini, kami menguraikan tentang ” Taubat Dan
Raja’ ” yang kami ambil dari berbagai sumber dari internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Taliwang, 15 november 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.tujuan pembahasan
BAB II.PEMBAHASAN
2.1.TAUBAT DAN RAJA’
A. TAUBAT
a. Pengertian
b. Syarat di terimanya
c. Beberapa amalan yang dapat di hapus
d. Hikmah taubat
e. Dalil Al-quran dan hadist
f.
Penjelasan para ulama
g. keutamaan
h. kisah nyata
i.
komitmen diri
B. RAJA’
a. Pengertian
b. Sifa- sifat raja’
c. Penjelasan para ulama
d. keutamaan
e. ciri-ciri sikap raja’
f.
Manfaat dan Hikmah taubat
g. Dalil Al-quran dan hadist
h. kisah nyata
i.
komitmen diri
BAB III.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia menjalani beberapa proses perjalanan
kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian,
berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah
perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat
kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga
tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan beramal shalehlah yang
mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus
mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal
shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan
kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan
perilaku terpuji seperti bertobat (memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan
yang telah diperbuat) , raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan
Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas sifat-sifat terpuji tersebut yang
terdiri dari Tobat dan Raja’.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
tobat dan raja’?
2. apa saja dalil
al-quran dan hadist tentang tobat dan raja’?
3. Apa keutamaan tobat
dan raja’?
1.3 Tujuan
A. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas
XI
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 TAUBAT DAN
RAJA’
Dalam menjalani
kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian.
Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh
akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat.
Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertaubat raja’
(menunjukkan sikap mengharap kerido’an Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir
kritis, dan mampu mengendalikan diri
A.
Taubat
a) Pengertian
Kata
tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kerjanya adalah ruju’,
kembali. Menurut istilah tobat adalah kembali dari kemaksiatan kepada
ketaatan dengan niat sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi
perbuatan maksiat tersebut.
Tobat
adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati
untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas
kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap
Muslim atau Muslimat yang sudah mukalafaf (balig dan berakal). Tobat nasuha
adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat
semacam inilah yang dinilai paling tinggi.
“Sesungguhnya Allah itu menyukai
orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang
membersihkan diri.” (QS
Al Baqarah : 222)
b) Syarat diterimanya Tobat
Syarat di terimanya toubat Tobat dianggap sah dan
dapat menghapus dosa apabila telah memnuhi syarat yang telah ditentukan.
Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu :
1. Menyesal
terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam)
2.
Meninggalkan perbuatan maksiat itu
3. Bertekad
dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan lagi mengulangi perbuatan
maksiat itu.
4. Mengikuti
dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan
5.
Taubat harus dilakukan seketika itu juga
6. Taubat
harus dilakukan dalam keadaan tidak mempunyai tanggungan ( hutang)
7. Taubat
harus merupakan taubat nashuha
8. Taubat
harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran
Namun, apabila dosanya terhadap sesame
manusia, maka syarat tobat selain yang diatas tersebutditambah dua syarat
yaitu:
1. Meminta
maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan
2. Mengganti
kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan
zalim atau meminta kerelaanya
Perlu pula disadari dan diketahui oleh
setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa seseorang yang membaca istigfar
(mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus-menerusberbuat dosa, ia akan
dianggap telah mengolok-olo Tuhannya. Dem ikian juga seseorang yang berbuat
dosa, dan baru bertobat ketika sakarotul maut” (nyawanya sudah berada di
tenggorokan) maka tobatnya tidak akan diterima Allah.
c) Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa
:
1. Berwudhu
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
1. Berwudhu
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3.
Bersujud dalam shalat
4. Mengerjakan puasa ramadhan
5. Mengerjakan shalat taraweh
6. Mengerjakan haji dan umrah
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat
8. Bersabar dalam penderitaan
9. Mendoakan orang tua
10. Bersedekah
4. Mengerjakan puasa ramadhan
5. Mengerjakan shalat taraweh
6. Mengerjakan haji dan umrah
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat
8. Bersabar dalam penderitaan
9. Mendoakan orang tua
10. Bersedekah
d)
Beberapa
Hikmah taubat
1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt.
2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan mengalirkan rizki
3. Membersihkan jiwa
4. Meningkatkan keimanan
5. Memberikan kekuatan
1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt.
2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan mengalirkan rizki
3. Membersihkan jiwa
4. Meningkatkan keimanan
5. Memberikan kekuatan
6. Menghindarkan diri dari azab Allah SWT.
e)
Dalil Al-Quran Dan Hadist
1.
Dalil al-quran
Allah Ta'ala berfirma
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
“Alloh cinta kepada orang-orang yang sering
bertaubat dan bersuci.” (QS. Al Baqarah: 222)
“Dan barangsiapa mengerjakan
kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada
Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
(An-Nisa’: 110).
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-syuura: 25).
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-A’raf: 153).
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74).
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 104).
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8).
وَإِنِّى لَغَفَّارٌۭ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136).
Firman Allah Ta'ala: “mereka ingat Allah” maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya, sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat menagampuni dosa-dosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta'ala: “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu” yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang, dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-syuura: 25).
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-A’raf: 153).
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74).
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 104).
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8).
وَإِنِّى لَغَفَّارٌۭ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136).
Firman Allah Ta'ala: “mereka ingat Allah” maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya, sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat menagampuni dosa-dosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta'ala: “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu” yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang, dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.
2.
Hadist
1.
Rasulullah bersabda:
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah , padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.
2. Abu Musa meriwayatkan dari Rasulullah :
(( إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ))
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).
3. Rasulullah bersabda:
(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Sebab jika matahari telah terbit dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia. Allah berfirman:
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisaa’: 18).
4. Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ )) رواه الترمذي.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah , padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.
2. Abu Musa meriwayatkan dari Rasulullah :
(( إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ))
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).
3. Rasulullah bersabda:
(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Sebab jika matahari telah terbit dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia. Allah berfirman:
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisaa’: 18).
4. Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ )) رواه الترمذي.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
5.
(( مَا أَصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ وَإِنْ عَادَ فِيْ اليَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً )) رواه
أبو يعلى وأبو دادود والترمذي والبزار، وحسنه ابن كثير في تفسيره جزء 1 ص 408.
“Tidaklah dianggap melanjutkan perbuatan keji orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali.” (HR. Abu Ya’la, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al Bazzar
“Tidaklah dianggap melanjutkan perbuatan keji orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali.” (HR. Abu Ya’la, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al Bazzar
6.
Anas meriwayatkan, aku mendengar Nabi bersabda, Allah berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً )) رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
1. Berdoa dengan penuh harap.
2. Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
3. Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً )) رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
1. Berdoa dengan penuh harap.
2. Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
3. Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
f) Penjelasan Ulama
menurut para Ulama' taubat itu hukumnya ialah wajib,
dan orang-orang yang berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ahli sunnah
mengatakan, agar taubat dapat di terima maka diharuskan untuk memenuhi tiga
syarat utama antara lain :Menyesali atas semua pelanggaran-pelanggaran yang
pernah diperbuatnya.
1) . Meninggalkan jalan yang licin (kesesatan) pada saat mela¬kukan
tobat.
2) . Berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi semua
pelanggaran-pelanggaran yang serupa. Ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi
Muhammad saw. telah banyak menerangkan suatu kewajiban tentang bertobat,
sebagaimana firman Allah :
Artinya : "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung". (QS. An- Nur : 31).
Al-Hasan berkata, ”Ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan
lisan, meninggalkan perbuatan dosadengan tubuh, dan berjanji tidak akan Keutamaan TaubatØmelakukan perbuatan dosa itu lagi”. Tentang anjuran dan dorongan untuk
bertaubat, Al-Quran berbicara:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).
Maka derajat apa yang lebihtinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Allah
semesta alam? Dalam menceritakan Ibadurrahman yang Allah berikan kemuliaan
denganmenisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan kepada mereka surga,
didalamnya mereka mendapat ucapan selamat dan mereka kekal di sana,
sertamendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:“Dan orang-orang yag
menembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidakmembunuh jiwa yang diharamkan
oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan(alasan) yang benar, dan tidak berzina,
dan siapa yang melakukan itu, niscayadia mendapat (pembalasan) dosa (nya)” (QS.
Al Furqan: 68-70). Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang
bertaubat itumendapat ampunan dari Allah SWT, hingga keburukan mereka
digantikandengan kebaikan. Dan dalam penjelasan keluasaan Allah SWT dan
rahmat-Nyabagi orang-orang yang bertaubat.
g)
Keutamaan Taubat
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan
fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani
setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang
menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan
negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan
mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan
taubat ialah:
1)Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah
‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2) Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang
yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3) Taubat menjadi
sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya
dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh
maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima
4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan
dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu
generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya
mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang
bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang
sedikit pun.” (QS.
Maryam: 59, 60)
5) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian
bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha
Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al
A’raaf: 153)
6) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti
dengan berbagai kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu
niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada
hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali
orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi
berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang
yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR.
Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam
kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu
baik bagi kalian...” (QS. At
Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu
menjadi kebaikan bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab
mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali
tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan
pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki
diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka
untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan
memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9)Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas
langit serta bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan
kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian
awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan
kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10) Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab
malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat
lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka
beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya
Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari
siksa neraka.” (QS.Al
Mu’min: 7).
11) Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan
kepada kehendak Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat
kalian, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu
berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah
orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12) Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira
dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih
bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat
kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan
tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal
makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang
pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat
kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah
kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan
karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia
salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
13)Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan
bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di
dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan
beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia
mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi
pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang
menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
h)
Kisah Nyata
Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah
meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh
manusia. Pada suatu hari Rasulullah
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian
Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.
Hingga dia sampai kepada Rasulullah,
kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang
mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan,
kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang
dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai
Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya,
maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau
tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau
menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan
mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan
tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti
teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang
dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”
Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang
membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian
tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut
dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan
langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia adalah
temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita
tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam,
kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda menshalatinya wahai
Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya itu
dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan
mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari
pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah
perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah tersebut
saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab jerat-jerat
tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.
Ya, ini taubat nashuha wahai hamba-hamba Allah.
i) Komitmen Diri
Dulu saat SMP saya adalah seorang perempuan
yang selalu ceroboh, teriak seenaknya ,
suka marah , bertengkar dengan cowok, karena mereka yang tidak bisa jaga
mulutnya, selalu menghina,, lalu saya adalah seorang yang senang berlari dan
berjalan seperti laki-laki yang biasa di katakan orang (tomboy) saya juga
pernah ndak mau masuk pelajaran sehingga saya dan teman-teman diam di atas
bangunan yang belum jadi disitu kita sling coret tembok agar saat kita dewasa
nanti kita bisa mengenangnya , tapi walaupun saya begitu saya seorang murid
yang lumayan patuh sama guru tapi itu lumayan,, tapi selama saya sekolah saya
ndak pernnah ada kasus-kasus yang aneh aneh kemudian hari –hari berlalu, tahun tahun pun berlalu,,
hinggalah saya kelas 9 SMP, saat saya mau ke kantin saya di berikan buku oleh
teman saya yang awalnya, saya tidak mau baca, solanya,, itu tentang yaa,,,,,
gitu deh,, tapi teman saya sampai sahabat saya semuanya membaca sehingga saya
pun tertarik untuk membacanya ternyata judulnya.. 1001 pertanyaan seorang
wanita,, 2 smapai 3 hari saya baru selesai membacanya walaupun tidak semuanya
yang saya baca eh ternyata pintu hati saya terbuka,, kalau perilaku saya itu tidak baik walaupun tujuannya untuk
bilang sama semua orang kalau wanita itu tidak lemah, tapi itu tetap salah dan
dosanya tetap ada, mulai dari situ saya taubat berubah diri saya dari yang
dulunya suka teriak dan pemarah,, sekarang lebih halus dan sabar.
B. RAJA’A
a) Pengertian
raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti
harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai
harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap
rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap
memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya
tersebut.
kebalikan dari sifat raja’
adalah seseorang yang hanya berharap
saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang
mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti
menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida
Allah.
b) Sifat-Sifat Raja
1. Perilaku Optimis
2. Perilaku Dinamis
3. Berpikir Kritis
4. Mengendalikan Diri
c). Penjelasan ulama
1.
Sebagian ulama berpendapat: "Sayangyanya
harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut
ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat
maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada
Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan
apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa
takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.
pendapat para ulama
pendapat para ulama
2.
Sebagian yang lain mengatakan:
"Hendaknya orang yang sehat memper-besar rasa takutnya sedangkan orang
yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang
masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan
maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia
akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun
pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung
kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada
takut membuatnya ber-putus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera
memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila
dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar
Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menye-imbangkan diri dengan
memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi
dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah
mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya
sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak
d) Keutamaan
1) Hati menjdi tentram
2) Menjauhkan diri dari sifat gunur, yakni berkhayal atau
berangan-angan kosong
3) Menjadi lebih giat dalam mencapai harapan/keinginan
e) Ciri-Ciri Sikap Raja'
1)
Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat
karena Allah.
2)
Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki
pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi
resiko.
3)
munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam
menghadapi cobaan.
4)
Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha
meningkatkan diri untuk lebih baik.
5)
Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.
f).
Manfaat dan hikmah raja
1) Memperoleh keridaan Allah
2) Terhindar dari perbuatan dosa
3) Mendapatkan kepuasan hidup
4) Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5) Sarana penyelesaian persoalan hidup
6) Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
g).
Dalil al-quran dan hadist
1. dalil al-quran
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka
buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita
wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar
apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan
untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu…”(QS.Al
Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan
di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus
berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah
serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia
beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).
H)
Kisah Nyata Raja’
Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha
dagangnya berkembang. Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat. Seorang
pelajar akan meningkatkan kegiatan belajaranya supaya ilmuanya betambah
j) Komitmen Diri
Saat SD saya orangnya
pemalas,, karena banyaknya saingan membuat saya jadi seperti itu,, karena pikir
sya percuma belajar toh ndak akan bisa juara kok,, paling nilai gitu-gitu sajah
sih, saat itu berlalu saya pun naik kelas 6 saat detik detik mau try out kata
teman saya belajar saja dirumahnya untuk hadapi try out itu, mumpung memang
ekonomi yang tak memungkinkan untuk les akhirnya saya setuju aja soalnya itu gratis,
akhirnya tiba untuk ujian setelah di bagi hasil pengumumannya ternyata saya
bisa masuk dalam 15 besar walaupun yang di umumin ndak sampai belasan sih, tapi
kan setidaknya saya bisa masuk dari 60 siswa saya bisa masuk menurut saya itu
luar biasa walaupun ndak sepenuhnya, tapi lumayanlah,nah maksud saya disini
kalau kita berusah dan ada kemauan lalu minta pertolongan sama allah pasti
sudah kita bisa capai apa yang kita inginkan, dari situ saya langsung belajar
lebih dari yang dulu-dulu walaupun kata bermain , malas selalu meembayangi saya
tapi insyallah saya bisa atur waktu dan saat menginjak SMP kelas 1 semester
satu saya bisa juara 3 di kelas walupun kelas saya yang paling bawah semuanya
tapi syukurlah apa yang saya harapkan (merasakan jadi jauara kelas) bisa
terwujud berkat Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi TENTANG TAUBAT DAN RAJA’
diatas dapat disimpulkan bahwa :
taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab
tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari
berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya
kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan
seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.
Saran
Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika
tiba-tiba anda menemukan kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun
kegembiraan Allah lebih besar dikala mendapati hambanya yang bertaubat
kepada-Nya. Dan jika,manusia tiada lagi yang bertaubat kepada Allah, maka Allah
akan menggantikannya dengan kaum lain
yang mau bertaubat kepada-Nya.
Oleh karena itu, janganlah kalian putus harapan atau
berhenti meminta ampun kepada Allah. Karena taubat amatlah penting sehingga
Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadist mengatakan. Oh umatku ! bertaubatlah
dan meminta ampun kepada Allah seratus kali setiap hari.
Ingatlah tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali
bertaubat atau terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun. “
janganlah menganggap remeh dosamu., namun ingatlah betapa besarnya kebesaran
Tuhan yang telah kalian langgari perintahnya
hmmm bagus jabank
BalasHapus