Kamis, 19 Desember 2013

TAUBAT DAN RAJA


KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr wb.
Puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada guru kami atas bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam makalah ini, kami menguraikan tentang ” Taubat  Dan Raja’ ”  yang kami ambil dari berbagai sumber dari internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Taliwang, 15 november 2013

Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI                                                                                         
BAB I. PENDAHULUAN                                                                        
1.1. Latar Belakang                                                                            
1.2.Rumusan Masalah                                                                         
1.3.tujuan pembahasan                                                                      
BAB II.PEMBAHASAN                                                                           
2.1.TAUBAT DAN RAJA’                                                                       
  A. TAUBAT                                                                                       
a.  Pengertian                                                                                
b.  Syarat di terimanya                                                                            
c.  Beberapa amalan yang dapat di hapus                                       
d.  Hikmah taubat                                                                         
e.  Dalil Al-quran dan hadist                                                           
f.   Penjelasan para ulama                                                              
g.  keutamaan                                                                              
h.  kisah nyata                                                                              
i.   komitmen diri                                                                          
   B. RAJA’                                                                                         
a.  Pengertian                                                                                
b.  Sifa- sifat raja’                                                                         
c.  Penjelasan para ulama                                                              
d.  keutamaan                                                                              
e.  ciri-ciri sikap raja’                                                                    
f.   Manfaat dan Hikmah taubat                                                      
g.  Dalil Al-quran dan hadist                                                           
h.  kisah nyata                                                                              
i.   komitmen diri                                                                          
                                
BAB III. PENUTUP                                                                               
Kesimpulan                                                                                        
Saran                                                                                                 







BAB I
PENDAHULUAN
       
          1.1   Latar Belakang
Manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertobat (memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat) , raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas sifat-sifat terpuji tersebut yang terdiri dari Tobat dan Raja’.
         1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari tobat dan raja’?
2.      apa saja dalil al-quran dan hadist tentang tobat dan raja’?
3.      Apa keutamaan tobat dan raja’?

          1.3 Tujuan
A.  Tujuan
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TAUBAT DAN RAJA’
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertaubat raja’ (menunjukkan sikap mengharap kerido’an Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri

A.   Taubat
a)  Pengertian
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kerjanya adalah ruju’, kembali. Menurut istilah tobat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatan maksiat tersebut.
Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
      Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap Muslim atau Muslimat yang sudah mukalafaf (balig dan berakal). Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling tinggi.
“Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
b)  Syarat diterimanya Tobat
Syarat di terimanya toubat Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memnuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu :
*      1.      Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam)
*      2.      Meninggalkan perbuatan maksiat itu
*      3.      Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan lagi mengulangi perbuatan maksiat itu.
*      4.      Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan
*      5.       Taubat harus dilakukan seketika itu juga
*      6.      Taubat harus dilakukan dalam keadaan tidak mempunyai tanggungan ( hutang)
*      7.      Taubat harus merupakan taubat nashuha
*      8.      Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran
*       
*      Namun, apabila dosanya terhadap sesame manusia, maka syarat tobat selain yang diatas tersebutditambah dua syarat yaitu:
*      1.      Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan
*      2.      Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaanya
*      Perlu pula disadari dan diketahui oleh setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa seseorang yang membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus-menerusberbuat dosa, ia akan dianggap telah mengolok-olo Tuhannya. Dem ikian juga seseorang yang berbuat dosa, dan baru bertobat ketika sakarotul maut” (nyawanya sudah berada di tenggorokan) maka tobatnya tidak akan diterima Allah.
c)  Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa :
1. Berwudhu
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3. Bersujud dalam shalat
4. Mengerjakan puasa ramadhan
5. Mengerjakan shalat taraweh
6. Mengerjakan haji dan umrah
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat
8. Bersabar dalam penderitaan
9. Mendoakan orang tua
10. Bersedekah
d)   Beberapa Hikmah taubat
1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt.
2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan mengalirkan rizki
3. Membersihkan jiwa
4. Meningkatkan keimanan
5. Memberikan kekuatan
6. Menghindarkan diri dari azab Allah SWT.
e)   Dalil Al-Quran Dan Hadist
1.   Dalil al-quran
 Allah Ta'ala berfirma
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
“Alloh cinta kepada orang-orang yang sering bertaubat dan bersuci.” (QS. Al Baqarah: 222)
“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa’: 110).

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-syuura: 25).

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-A’raf: 153).

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74).

“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 104).

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8).
                            
وَإِنِّى لَغَفَّارٌۭ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136).
Firman Allah Ta'ala: “mereka ingat Allah” maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya, sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat menagampuni dosa-dosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta'ala: “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu” yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang, dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.
2.   Hadist
1. Rasulullah bersabda:
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah , padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.
2. Abu Musa meriwayatkan dari Rasulullah :
(( إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ))
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).
3. Rasulullah bersabda:
(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Sebab jika matahari telah terbit dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia. Allah berfirman:

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisaa’: 18).
4. Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ )) رواه الترمذي.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
5. (( مَا أَصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ وَإِنْ عَادَ فِيْ اليَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً )) رواه أبو يعلى وأبو دادود والترمذي والبزار، وحسنه ابن كثير في تفسيره جزء 1 ص 408.
“Tidaklah dianggap melanjutkan perbuatan keji orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali.” (HR. Abu Ya’la, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al Bazzar
6. Anas meriwayatkan, aku mendengar Nabi bersabda, Allah berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً )) رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
1. Berdoa dengan penuh harap.
2. Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
3. Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
f)   Penjelasan Ulama

menurut para Ulama' taubat itu hukumnya ialah wajib, dan orang-orang yang berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ahli sunnah mengatakan, agar taubat dapat di terima maka diharuskan untuk memenuhi tiga syarat utama antara lain :Menyesali atas semua pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya. 

1) . Meninggalkan jalan yang licin (kesesatan) pada saat mela¬kukan tobat. 

2) . Berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi semua pelanggaran-pelanggaran yang serupa. Ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi Muhammad saw. telah banyak menerangkan suatu kewajiban tentang bertobat, sebagaimana firman Allah : 

Artinya : "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang- orang yang beriman supaya kamu beruntung". (QS. An- Nur : 31).
Al-Hasan berkata, ”Ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosadengan tubuh, dan berjanji tidak akan  Keutamaan TaubatØmelakukan perbuatan dosa itu lagi”. Tentang anjuran dan dorongan untuk bertaubat, Al-Quran berbicara:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebihtinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Allah semesta alam? Dalam menceritakan Ibadurrahman yang Allah berikan kemuliaan denganmenisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan kepada mereka surga, didalamnya mereka mendapat ucapan selamat dan mereka kekal di sana, sertamendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:“Dan orang-orang yag menembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidakmembunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan(alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan siapa yang melakukan itu, niscayadia mendapat (pembalasan) dosa (nya)” (QS. Al Furqan: 68-70). Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itumendapat ampunan dari Allah SWT, hingga keburukan mereka digantikandengan kebaikan. Dan dalam penjelasan keluasaan Allah SWT dan rahmat-Nyabagi orang-orang yang bertaubat.
g)             Keutamaan Taubat
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
1)Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
 “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2) Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
 “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas 
 kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
 “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima
4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
6)  Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
 “Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
 “Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
 “Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9)Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
 “Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10) Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
 “Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al Mu’min: 7).

11) Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
 “Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12) Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
13)Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,
 “Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
h)                Kisah Nyata
Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh manusia. Pada suatu hari Rasulullah
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.

Hingga dia sampai kepada Rasulullah,
kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan, kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya, maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”

Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah tersebut saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab jerat-jerat tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.
Ya, ini taubat nashuha wahai hamba-hamba Allah.

i)    Komitmen Diri

Dulu saat SMP saya adalah  seorang perempuan yang selalu  ceroboh, teriak seenaknya , suka marah , bertengkar dengan cowok, karena mereka yang tidak bisa jaga mulutnya, selalu menghina,, lalu saya adalah seorang yang senang berlari dan berjalan seperti laki-laki yang biasa di katakan orang (tomboy) saya juga pernah ndak mau masuk pelajaran sehingga saya dan teman-teman diam di atas bangunan yang belum jadi disitu kita sling coret tembok agar saat kita dewasa nanti kita bisa mengenangnya , tapi walaupun saya begitu saya seorang murid yang lumayan patuh sama guru tapi itu lumayan,, tapi selama saya sekolah saya ndak pernnah ada kasus-kasus yang aneh aneh kemudian  hari –hari berlalu, tahun tahun pun berlalu,, hinggalah saya kelas 9 SMP, saat saya mau ke kantin saya di berikan buku oleh teman saya yang awalnya, saya tidak mau baca, solanya,, itu tentang yaa,,,,, gitu deh,, tapi teman saya sampai sahabat saya semuanya membaca sehingga saya pun tertarik untuk membacanya ternyata judulnya.. 1001 pertanyaan seorang wanita,, 2 smapai 3 hari saya baru selesai membacanya walaupun tidak semuanya yang saya baca eh ternyata pintu hati saya terbuka,, kalau perilaku  saya itu tidak baik walaupun tujuannya untuk bilang sama semua orang kalau wanita itu tidak lemah, tapi itu tetap salah dan dosanya tetap ada, mulai dari situ saya taubat berubah diri saya dari yang dulunya suka teriak dan pemarah,, sekarang lebih halus dan sabar.


B.  RAJA’A

a)  Pengertian
raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut.
 kebalikan dari sifat raja’ adalah  seseorang yang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah.

b) Sifat-Sifat Raja
1.    Perilaku Optimis
2.    Perilaku Dinamis
3.    Berpikir Kritis
4.    Mengendalikan Diri
c). Penjelasan ulama
1.    Sebagian ulama berpendapat: "Sayangyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.

pendapat para ulama
2.    Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memper-besar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya ber-putus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menye-imbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak
d) Keutamaan
1)    Hati menjdi  tentram
2)    Menjauhkan diri dari sifat gunur, yakni berkhayal atau berangan-angan kosong
3)    Menjadi lebih giat dalam mencapai harapan/keinginan
e) Ciri-Ciri Sikap Raja'
1)      Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2)      Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan  berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3)      munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4)      Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik.
5)      Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.

f).  Manfaat dan hikmah raja
1)      Memperoleh keridaan Allah
2)      Terhindar dari perbuatan dosa
3)      Mendapatkan kepuasan hidup
4)      Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5)      Sarana penyelesaian persoalan hidup
6)      Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat









g). Dalil al-quran dan hadist
1.    dalil al-quran
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.
 “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.

“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.
 “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).



H) Kisah Nyata Raja’
Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang. Seorang petani akan berusaha  agar hasil pertaniannya meningkat.   Seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajaranya supaya ilmuanya betambah

j)     Komitmen Diri
Saat SD saya orangnya pemalas,, karena banyaknya saingan membuat saya jadi seperti itu,, karena pikir sya percuma belajar toh ndak akan bisa juara kok,, paling nilai gitu-gitu sajah sih, saat itu berlalu saya pun naik kelas 6 saat detik detik mau try out kata teman saya belajar saja dirumahnya untuk hadapi try out itu, mumpung memang ekonomi yang tak memungkinkan untuk les akhirnya saya setuju aja soalnya itu gratis, akhirnya tiba untuk ujian setelah di bagi hasil pengumumannya ternyata saya bisa masuk dalam 15 besar walaupun yang di umumin ndak sampai belasan sih, tapi kan setidaknya saya bisa masuk dari 60 siswa saya bisa masuk menurut saya itu luar biasa walaupun ndak sepenuhnya, tapi lumayanlah,nah maksud saya disini kalau kita berusah dan ada kemauan lalu minta pertolongan sama allah pasti sudah kita bisa capai apa yang kita inginkan, dari situ saya langsung belajar lebih dari yang dulu-dulu walaupun kata bermain , malas selalu meembayangi saya tapi insyallah saya bisa atur waktu dan saat menginjak SMP kelas 1 semester satu saya bisa juara 3 di kelas walupun kelas saya yang paling bawah semuanya tapi syukurlah apa yang saya harapkan (merasakan jadi jauara kelas) bisa terwujud berkat Allah SWT.



















BAB III
PENUTUP


    Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi TENTANG TAUBAT DAN RAJA’ diatas dapat disimpulkan bahwa :
taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.
    Saran
Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda menemukan kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah lebih besar dikala mendapati hambanya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika,manusia tiada lagi yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya  dengan kaum lain yang mau bertaubat kepada-Nya.
Oleh karena itu, janganlah kalian putus harapan atau berhenti meminta ampun kepada Allah. Karena taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadist mengatakan. Oh umatku ! bertaubatlah dan meminta ampun kepada Allah seratus kali setiap hari.
Ingatlah tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubat atau terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun. “ janganlah menganggap remeh dosamu., namun ingatlah betapa besarnya kebesaran Tuhan yang telah kalian langgari perintahnya

1 komentar: